Bulan november 2011 merupakan hari super sibuk dirumah saya karena dimulainya rentetan upacara mulai dari piodalan di Merajan rumah saya sendiri, Otonan saya, Odalan Saraswati juga Pagerwesi. Kami mesti menjaga stamina agar tetap fit menghadapinya dan meminta bantuan dari sanak saudara serta kerabat dekat untuk segala sesuatu yang tidak bisa kami kerjakan sendiri.
Piodalan di Pura Merajan/Sanggah jatuh pada Buda Umanis Dukut, 9 November 2011. Ayah saya memohon saran kepada Ida Pedanda karena bertepatan dengan Purwani Purnama Sasih Kalima. Setelah mendapat pengarahan kami kemudian menetapkan hati sesuai dengan kemampuan budget dan resource yang ada. Selain persiapan dirumah sendiri juga dipersiapkan banten untuk Merajan Agung yang terletak bersebelahan dengan rumah saya. Piodalan dipimpin oleh ayah saya pada pagi menjelang siang karena selanjutyna harus ngayab juga di Merajan Agung.
Pada hari minggu saya menyempatkan mengajak anak saya ke sawah membantu paman saya untuk menjaga padi yang baru saja berbuah dari gangguan burung yang jumlahnya sangat banyak. Beruntungnya sebagian besar tanaman padi yang berada di wilayah subak Palak Sukawati tumbuh dan berbuah dengan bagus dan terhindar dari serangan hama wereng maupun virus. Cuma burung ini saja yang cukup merepotkan, mesti diusir langsung karena memakai metode orang-orangan sawah ataupun bunyi bunyian nampaknya sudah tidak mempan lagi menghadapi kejeniusan burung burung itu.
Berselang seminggu kemudian pada Buda Pon Watugunung merupakan hari Otonan saya, tak banyak persiapan karena sudah seminggu sebelumnya dipersiapkan. Semua berjalan sederhana menunggu puncak acara Piodalan Saraswati tiga hari berikutnya. Dan hari Saniscara Umanis Watugunung kami sekeluarga sembahyang bersama dirumah menyambut Hari Raya Saraswati, mengumpulkan semua lontar warisan leluhur kami dan mempersembahkan sesaji kehadapan Sang Hyang Aji Saraswati. Malam harinya dilanjutkan dengan kami sembahyang ke Merajan Agung dan ke Griya.
Keesokan harinya saya bangun pagi pagi sekali membantu ayah yang sudah bangun jam 4 pagi untuk mempersiapkan adonan makanan dalam rangka membuat Nasi Bira/Nasi Kuning dan Loloh (Jamu khas Bali). Ingin rasanya pergi ke pantai bersama keluarga untuk mandi dan nunas Tirta Penglukatan Segara, tapi saya buang jauh keinginan tersebut karena banyak kerjaan yang belum selesai. Terpaksa mandi dan keramas dirumah, kemudin melukat menggunakan Tirta Segara yang sebelunya sudah diambil dan sembahyang.
Agenda saya selanjutnya sembahyang ke Pura Payogan Agung pada Saniscara Pon Sinta tanggal 26 November 2011, dimana puncak piodalan diselenggarakan pada hari Buda Kliwon Sinta tanggal 23 November 2011. Saya bersama keluarga berangkat agak malam pukul 18:00 PM, setelah sebelumnya sembahyang terlebih dahulu di Pura Pemaksan Buda Kliwon yang piodalannya jatuh pada Buda Kliwon Sinta. Sebelumnya pada siang harinya saya menyaksikan upacara Mapeed dimana keponakan saya turut serta.
Malamnya di Pura Payogan Agung kami sembahyang berdesak desakan. Saya agak kaget juga karena jumlah pamedek tiap saat bertambah banyak, tak terhitung jumlahnya memadati areal Pura yang walaupun nampak lapang tetap kewalahan menampung pamedek yang berjubel berebutan bisa sampai di Utama Mandala. Beruntung kami sekeluarga bisa sembahyang di halaman utama Pura dan saya sempat mengabadikan kondisi terkini Pura Payogan Agung Ketewel dari barisan depan.
Terakhir kami mesti menyongsong hari Tumpek Landep yang jatuh pada tanggal 3 Desember 2011 bertepatan dengan Pura Pamaksan yang kami sungsung. Walaupun masih dalam kondisi agak lelah, saya bersemangat mengupdate tulisan ini agar tidak keburu terlupakan.
No comments:
Post a Comment