Friday, December 9, 2011

Banjar Babakan Sukawati

Bukan bermaksud narsis di tulisan ini, saya mencoba menulis mengenai tempat kelahiran saya yaitu Banjar Babakan, Sukawati, Gianyar, Bali. Mungkin banyak orang mengenal Sukawati sebagai daerah seni dan gudangnya para maestro seni dan saya akan menulis salah satunya itu adalah tempat kelahiran saya ini.

Para penikmat kesenian wayang tentu sudah tidak asing dengan dalang Wayan Wija yang terkenal dengan Wayang tantrinya, begitu juga dengan dalang Wayan Nartha. Juga tempat kelahiran dalang Nyoman Granyam yang terkenal pada era Presiden Soekarno dimana tahun 1962 beliau mengundang dalang Granyam mementaskan wayang di sebuah Puri di Ubud dengan lakon Sutasoma, di saat itu Presiden Soekarno ingin menyelami semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang terdapat dalam Kakawin Sutasoma untuk dijadikan sebagai pemersatu Bangsa Indonesia.

Selain itu terdapat pula almarhum seniman gender wayang terkenal yang bernama Wayan Loceng yang mana anaknya yang bernama Ketut Sukayana dan Wayan Nik Suprapto meneruskan suksesi orang tuanya. Dan tak lupa saya sebutkan Nyoman Ganjreng yang merupakan keturunan dari Dalang Granyam. Mungkin anda sudah familiar dengan Wayang Cenk Blonk dengan dalangnya bernama Wayan Nardayana dari Desa Belayu Tabanan, beliau ini pernah belajar seni pedalangan dari dalang Wayan Nartha.

Selain dalang, disini juga merupakan tempat lahirnya seniman Tukang Bade, Wadah / Singa terkenal yang bernama almarhum Wayan Sobrat. Keahliannya diteruskan oleh anak anaknya sampai sekarang, walaupun sudah tidak se intense saat beliau masih hidup.

Seniman Perak terkenal yang masih terus berkarya saat ini adalah Nyoman Sadia dibantu oleh kedua anaknya. Beliau sering dikunjungi orang orang terkenal baik pejabat, artis ataupun orang berpengaruh lainnya secara diam diam untuk memesan kerajinan perak dengan desain eksklusif dan tidak ada duanya, hanya membuat satu item untuk satu pemesan. Orang Kanada yang mendirikan brand ternama John Hardy juga pernah merasakan kehidupan langsung dengan beliau dan menjadi muridnya selama menumpang disana.

Disini juga merupakan tempat kelahiran Jero Ratna, sebelum beliau menikah ke Bedahulu dan sekarang menjadi seorang Pemangku. Ada juga seniman ukir wayang, ukir kayu, kerajinan prada, kipas dan lain lainnya yang tinggal disini.

Saya sendiri belum tersentuh jiwa berkesenian walaupun dulu leluhur saya juga merupakan seniman. Saya terlalu larut dalam dunia digital sejak SMP sampai sekarang, dan kebetulan profesi saya di bidang IT sehingga menyebabkan minat berkesenian semakin menghilang. Saat ini saya mempunyai kesibukan tersendiri yaitu membuat proyek digitalisasi Lontar Bali terinspirasi dari karya Aksara Bali dari Babad Bali. Leluhur saya mewariskan banyak Lontar untuk kami rawat dan jaga, juga bertujuan untuk menolong sesama yang membutuhkan bantuan.

Sedikit cerita mengenai sejarah leluhur saya, dulu mereka merupakan Abdi kepercayaan Raja Sukawati. Raja menganugerahi kewenangan untuk menjadi Pemangku Pura Kahyangan Dalem Gede Sukawati, yang diteruskan turun temurun sampai generasi kakek saya yang sudah meninggal. Sepeninggal kakek saya, tidak ada penerus yang bersedia dan mampu melanjutkan pengabdian beliau sehingga Desa Adat menunjuk Pemangku baru yang menggantikan tugas beliau melayani umat. Ayah saya sudah ditunjuk oleh warga Banjar Babakan untuk menjadi Pemangku di Pura Banjar.

Lontar peninggalan leluhur saya yang tersimpan utuh sampai saat ini terus kami rawat sebaik baiknya dengan rajin membuka dan membacanya. Mudah mudahan proyek ini berjalan baik dan kelak bisa di publish online untuk berbagi dengan rekan semua baik yang se-Agama maupun rekan dari Agama lain yang tertarik ataupun sebagai bahan kajian ilmiah.

No comments:

Post a Comment